Sabtu, 03 Mei 2014

Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan

1.      Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan
A.     Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri merupakan suatu proses dinamik yang hampir selalu membutuhkan perubahan dan adaptasi, dan dengan demikian semakin tetap dan tidak merubah respon - respon itu, maka semakin sulit juga menangani tuntutan-tuntutan yang berubah. Kenyataan ini menjelaskan pengaruh-pengaruh yang menghancurkan kepribadian seseorang. Orang yang mengalami depresi karena sering kali merasa sulit menyesuaikan diri dengan pola tingkah laku yang di perlukan.
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas (conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery).
Aspek-aspek Penyesuaian Diri:
-          Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi adalah kemampuan individu untuk menerima dirinya
sendirisehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Ia menyadari sepenuhnya siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab, dongkol. kecewa,  atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya. Sebaliknya kegagalan penyesuaian pribadi ditandai dengan keguncangan emosi, kecemasan, ketidakpuasan dan keluhan terhadap nasib yang dialaminya, sebagai akibat adanya gap antara individu dengan tuntutan yang diharapkan oleh lingkungan. Gap inilah yang menjadi sumber terjadinya konflik yang kemudian terwujud dalam rasa takut dan kecemasan, sehingga untuk meredakannya individu harus melakukan penyesuaian diri.

-          Penyesuaian Sosial
Setiap iindividu hidup di dalam masyarakat. Di dalam masyarakat tersebut terdapat proses saling  mempengaruhi satu sama lain silih berganti. Dari proses tersebut timbul suatu pola kebudayaan dan tingkah laku sesuai dengan sejumlah aturan, hukum, adat dan nilai-nilai yang mereka patuhi, demi untuk mencapai penyelesaian bagi persoalan-persoalan hidup sehari-hari.  Dalam bidang ilmu psikologi sosial, proses ini dikenal dengan proses penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum.

Pembentukan Penyesuaian Diri:
Banyak factor yang mempengaruhi penyesuaian diri, ada dari factor lingkungan keluarga dan lingkungan teman sebaya.
-          Lingkuangan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lahan untuk mengembangkan berbagai kemampuan, yang dipelajari dalam berbagai hal seperti melalu bermain, sandiwara, interaksi dengan anggota keluarga, dan pengalaman-pengalaman didalam keluarga. Oleh sebab itu, orangtua sebaiknya jangan menghadapkan individu pada hal-hal yang tidak dimengerti. Keluarga juga merupakan wadah pembentukan karakter individu, penyesuaian diri juga termasuk di dalamnya.

-          Lingkungan Teman Sebaya
Sama seperti lingkungan keluarga, lingkungan teman sebaya juga merupakan lingkungan yang sangat menentukan individu dalam melakukan dan mengembangkan penyesuaian diri. Bila seorang anak dapat dengan mudah menyesuaikan dirinya dengan lingkungan teman bermainnya, itu merupakan  salah satu alasan bahwa sebenarnya kesehatan mental individu tersebut baik dan sehat.

B.     Pertumbuhan Personal
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses-proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal yang sehat pada waktu yang normal. Proff Gessel mengatakan bahwa pertumbuhan pribadi manusia berlangsung secara terus-menerus.
a.       Penekanan Pertumbuhan, Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan
Penekanan pertumbuhan diri ini diartikan sebagai pertumbuhan sebagai bagian dari proses tumbuhnya manusia yang meliputi persiapan organ – organ yang menjadi bagian fungsional dalam tubuh manusia tersebut untuk dapat bekerja secara maksimal inilah yang menjadi titik fokus dalam proses penyesuaian diri sepanjang hayat manusia. Penyesuaian diri pada individu tidak akan terlepas dari bagaimana proses pertumbuhan diri yang terjadi pada individu itu sendiri. Oleh karena proses pertumbuhan diri yang terjadi pada individu yang satu dengan yang lain berbeda, sudah pasti penyesuaian diri yang dilakukan oleh masing – masing individu itu sendiri akan berbeda pula.

b.      Variasi dalam Pertumbuhan
Dalam pertumbuhan diri pada satu individu saja bisa terdapat variasi akibat dari permasalahan – permasalahan yang timbul dari berbagai kesulitan yang dirasakan oleh individu dalam proses pertumbuhannya itu sendiri. Hal ini jugalah yang menyebabkan munculnya variasi dalam penyesuaian diri individu untuk mengatasi dan menghadapi berbagai permasalahan yang ada dalam proses pertumbuhan tersebut.

c.       Kondisi-Kondisi untuk Bertumbuh
Kondisi jasmani  seperti pembawa atau konstitusi fisik dan tempramen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi tubuh, kondisi jasmani dan kondisi pertumbuhan fisik memang sangat mempengaruhi bagaimana individu dapat menyesuaikan diri nya.

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan personal :
-          Faktor biologis
Karakteristik anggota tubuh yang berbeda setiap orang, kepribadian, atau warisan biologis yang sangat kental.
-          Faktor geografis
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorangdan nantinya akan menentukan baik atau tidaknya pertumbuhan personal seseorang.
-          Faktor budaya
Tidak di pungkiri kebudayaan juga berpengaruh penting dalam kepribadian seseorang, tetapi bukan berarti setiap orang dengan kebudayaan yang sama memiliki kepribadian yang sama juga.

d.      Fenomenologi Pertumbuhan
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap, orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. “Alam pengalaman setia orang berbeda dari alam pengalaman orang lain.” Brouwer, 1983:14 Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers, yang boleh disebut sebagai Bapak Psikologi Humanistik.

2.      Sress
a.       Arti Penting Stress
Stres adalah suatu kondisi dinamis saat seorang individu dihadapkan pada peluang, tuntutan atau sumber daya yang terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya dipandang tidak pasti dan penting. Stress adalah beban rohani yang melebihi kemampuan maksimum rohani itu sendiri, sehingga perbuatan kurang terkontrol secara sehat. (ref:edy64).
Stres tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas dalam konteks negatif, karena stres memiliki nilai positif ketika menjadi peluang saat menawarkan potensi hasil. Sebagai contoh, banyak professional memandang tekanan berupa beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang mepet sebagaitantangan positif yang menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari pekerjaan mereka.

Ada beberapa tokoh yang memberikan definisi mengenai stres.
1.     J.P. Chaplin (1999)
Ia mendefinisikan stress sebagai suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun  psikologis.
2.     Atkinson (1983)
Stres terjadi ketika orang dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan sebagai mengancam kesehatan fisik maupun psikologisnya. Situasi ini disebut sebagai penyebab stres dan reaksi individu terhadap situasi stres ini sebagai respon stres.
3.     Rice (2002)
Stres adalah suatu kejadian atau stimulus lingkungan yang menyebabkan individu merasa tegang.
4.     Lazarus (1999)
Stress adalah rasa cemas atau terancam yang timbul ketika kita menginterpretasikan atau menilai suatu situasi sebagai melampaui kemampuan psikologis kita untuk bisa menanganinya secara memadai.
5.     Menurut Atwater (1983)
Stres merupakan suatu tuntutan penyesuaian, yang menghendaki individu untuk meresponnya secara adaptif.
6.     Feldman (1989)
Stres adalah suatu proses dalam rangka menilai suatu peristiwa sebagai suatu yang mengancam, menantang, ataupun membahayakan; serta individu merespon peristiwa itu baik pada level fisiologis, emosional, kognitif dan tingkah laku.
7.     Hans Selye (dalam, Hahn&Payne, 2003)
Stres adalah respon yang tak spesifik dari tubuh terhadap berbagai tuntutan yang ada, dimana respon tersebut dapat berupa respon fisik atau emosional.

Dari berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa stres merupakan suatu keadaan yang menekan diri individu. Stres merupakan proses psikobiologikal (adanya: stimulus yang membahayakan fisik dan psikis bersifat mengancam, lalu memunculkan reaksi-reaksi kecemasan).

b.      Tipe-Tipe Stress Psikologis
1)      Tekanan (Pressure)
Tekanan bersumber dari:
·       dalam diri (misal: ambisi)
·       luar diri (misal: kompetisi di lingkungan)
·       gabungan keduanya.
Apabila terlalu keras menuntut diri sendiri, dapat memunculkan perilaku self-defeating, dimana diri kita kalah dengan tuntutan kita sendiri yang berlebihan (contoh: pada orang perfeksionis).
2)      Frustasi (Frustration)
Muncul karena adanya hambatan terhadap motif atau perilaku kita dalam mencapai tujuan. Dapat muncul akibat tidak adanya objek tujuan yang sesuai, misal: saat lapar, tidak ada makanan; atau adanya penundaan, misal: menunggu lampu lalu-lintas hijau; atau adanya rintangan sosial, misal: ingin jadi juara menyanyi tapi tidak pernah punya kesempatan.
      Sumber frustrasi dari dalam diri individu: (a) tidak punya kemampuan, (b) rendahnya komitmen, (c) rendahnya kepercayaan diri, (d) perasaan bersalah, (e) karakteristik individu: jenis kelamin, warna kulit.
      Tingkat frustrasi tertentu merupakan bagian dari proses pertumbuhan (contoh: masa remaja masa matang fisik dan seksual sehingga ingin independen, padahal secara ekonomi masih dependen pada orangtua). Frustrasi dapat menimbulkan kemarahan dan perilaku yang agresif, semakin rendah toleransi kita terhadap frustrasi maka semakin mudah kita untuk cenderung menjadi agresif.
3)      Konflik
Muncul ketika individu berada dalam kondisi di bawah tekanan untuk merespon dua atau lebih dorongan yang saling bertentangan secara simultan atau bersamaan. Konflik dibedakan berdasar nilai dari masing-masing pilihan; jika pilihannya memiliki tujuan yang positif bagi individu maka dinamakan sebagai approach tendency. Sedangkan jika pilihannya memiliki tujuan negatif dinamakan avoidance tendency.

Macam-macam konflik:
-          approach- approach conflict, adalah suatu konflik antara dua tujuan yang positif, dimana kedua tujuan itu mempunyai daya tarik yang sama.
-          avoidance-avoidance conflict, adalah konflik yang melibatkan dua pilihan yang sama-sama memiliki konsekuensi negatif.
-          approach-avoidance conflict, adalah konflik yang paling sulit dipecahkan. Satu objek memiliki konsekuensi positif maupun negatif.
-          double approach-avoidance conflict, adalah konflik yang melibatkan dua alternatif yang sama-sama punya konsekuensi positif dan negatif.
4)      Kecemasan
Merupakan perasaan samar-samar, rasa yang tidak mudah untuk merasakan bahaya di masa yang akan datang. Gejala cemas: jantung berdebar, ketegangan otot, keringat dingin. Secara psikologis dianggap wajar jika dalam intensitas yang normal, karena kecemasan merupakan tanda alarm yang memperingatkan kita bahwa bahaya sudah dekat dan membangkitkan kita untuk meresponnya secara tepat.

Kecemasan dibagi 2 berdasarkan ukurannya:
-          Kecemasan taraf ringan-sedang: menstimulasi individu menjadi lebih waspada dan resposif pada situasi yang membutuhkan perhatian lebih (fascilitating anxiety).
-          Kecemasan yang berlebihan : memperburuk performa kita (debilitating anxiety).

c.       Symptom-Reducing Responses Terhadap Stress
Ada dua macam penyesuaian untuk mengurangi gejala stres:
1)    Yang bersifat tak disadari: adalah defense mechanism (mekanisme pertahanan diri atau ego).
2)    Yang bersifat disadari: membicarakannya dengan orang lain; melakukan pekerjaan lain yang mengurangi simtom stres; misal tertawa.

MEKANISME PERTAHANAN DIRI
      Merupakan reaksi awal dalam kehidupan manusia untuk menjaga diri mereka dari kelebihan dosis intensif dari adanya stres psikologis. Mekanisme ini dipelopori oleh Sigmund Freud, yang digunakan untuk mengatasi emosi negatif. Sifatnya kebanyakan tak disadari, otomatis muncul saat individu menghadapi ancaman baik dengan kesadaran minimum atau tidak sama sekali. Strategi ini tidak mengubah situasi stress, melainkan semata-mata bertujuan untuk mengubah cara menghayati atau memikirkan situasi.

Berikut akan diuraikan jenis-jenis Defense Mechanism, yaitu:
1) Represi (repression)
Berusaha menekan pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan ke bawah sadar (motivated forgetting)–fungsi normal kembali. Akibatnya membebaskan dari ketidaknyamanan akibat selalu waspada pada ancaman, tetapi mempersempit kesadaran kita, membuat perilaku jadi kaku.
2) Supresi (supression)
Upaya sadar individu untuk mengendalikan keinginan-keinginan yang memunculkan kecemasan, dan mengekspresikannya pada waktu tertentu saja. Berusaha menolak atau menghambat realita internal.
3) Pengingkaran (Denial)
Menolak melihat atau mendengar aspek realita yang tidak menyenangkan atau mengancam. Menolak pengakuan eksternal atau realita sosial.
4) Rasionalisasi
Usaha untuk memberikan alasan pada perilaku yang tidak diterima dalam cara yang diterima sosial dan rasional. Nilai self-deception sangat besar, mirip dengan berbohong atau mengingkari orang lain.
5) Regresi
Mengurangi ketegangan dalam dirinya dengan bertingkah laku mencari perhatian (seperti anak kecil; merajuk, marah) – agar diperhatikan. Mundur pada fase perkembangan sebelumnya.
6) Proyeksi
Upaya individu untuk melemparkan penyebab frustrasinya pada orang lain. Misal: cinta orang lain, tapi takut bilang, yang muncul adalah bilang dicintai orang tersebut.
7) Reaksi-formasi
Mengalihkan motif yang dimiliki ke motif lain yang berlawanan, sebagai upaya mengurangi kecemasan yang muncul akibat motif pertama yang tadi tidak diterima superego atau moral. Contoh: benci orangtua, tampil sebagai anak yang sayang pada orangtua berlebihan.
8) Sublimasi (displacement)
Tidak tercapainya suatu motif tertentu, yang kemudian dialihkan pada motif yang sejenis tapi beda kegiatan. Misal: ingin jadi dokter – suka terlibat menolong orang.
9) Acting Out
Membebaskan tegangan dari impuls yang tidak dapat diterima dgn mengekspresikannya secara simbolik. Misal: ingin merasa independen dari orangtua maka remaja jadi tampil modis, bolos sekolah, penundaan atau mogok, seks bebas, tawuran. Sifatnya tidak disadari.
10) Fantasi
Membebaskan tekanan dengan tindakan imajinasi. Misal: melamun, yakin bahwa jadi tokoh dalam film, tokoh dalam film kaya seperti harapannya (ada unsur self-deception, distorsi realita).

SARANA COPING UNTUK STRES MINOR
     Merupakan respon terhadap stres ringan, yang sangat dipengaruhi oleh proses belajar individu. Berlaku otomatis, tetapi lebih disadari oleh individu (ada pada level kesadaran). Sarana yang dilakukan dipengaruhi juga oleh: situasi, kekuatan dan kesegeraan gangguan, serta pola kebiasaan individu dalam menghadapi stres.
Jenisnya:
a. kontak fisik (dielus), makan, minum
b. tertawa, menangis, memaki/ mengutuk
c. membicarakan dengan orang lain, merenungi masalah seorang diri
d. melakukan aktivitas yang meredakan ketegangan (misal: olahraga, jalan-jalan, main games).

d.      Pendekatan “Problem Solving” Terhadap Stress
Merupakan jenis penyesuaian terhadap stres yang bersifat disadari, berupaya menghilangkan sumber stres, tidak tergesa-gesa dan lebih terarah serta ada strategi tertentu, sehingga lebih efektif.
Jenisnya:
-          memodifikasi diri agar lebih toleran terhadap stres.
-          memodifikasi situasi yang menimbulkan stres.
MENINGKATKAN TOLERANSI TERHADAP STRES
-          Toleransi terhadap tekanan
Membiasakan diri bekerja di bawah stres dengan meningkatkan kemampuan dan keterampilan.
-          Toleransi terhadap frustrasi
Berusaha lebih independen terhadap lingkungan mencoba memahami sumber frustrasi kita belajar untuk menunda pemuasaan atau kesenangan.
-          Toleransi terhadap konflik
Menyadari adanya konflik mencari segi positif terbanyak dan efek emosionalnya.
-          Toleransi terhadap kecemasan
Mencoba tetap merasakan kecemasan tanpa mengurangi performa kita menggali lebih banyak pengalaman dan belajar menghadapi situasi yang membuat kita cemas.

PENDEKATAN YANG BERORIENTASI TUGAS
-          Pendekatan Asertif
Merupakan pendekatan yang menekankan pada usaha-usaha individu untuk mengekspresikan hak dan keinginan tanpa merebut hak orang lain.
-          Pendekatan Menarik Diri
Dapat dilakukan apabila sumber stress tidak dapat dihilangkan dengan asertif dan kompromi. Strategi sementara untuk mengatasi stres yang dapat berakibat memperburuk kesehatan individu tersebut. Misal: cuti kuliah untuk mengumpulkan biaya kuliah.
-          Berkompromi

Biasa digunakan apabila agen sumber stress memiliki otoritas lebih tinggi dari kita, atau sama-sama seimbang. Baik-buruknya sangat tergantung pada sejauhmana kepuasan dapat diperoleh individu, dan sebesar apa usaha yang dilakukan untuk mengurangi stres.