Manusia dan Kebudayaan
- Manusia
Manusia
adalah mahluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh Allah SWT.
Kesempurnaan yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu konsekuensi fungsi dan
tugas mereka sebagai khalifah dimuka bumi ini. Al-Quran menerangkan bahwa
manusia berasal tanah dengan mempergunakan bermacam-macam istilah, seperti :
Turab, Thien, Shal-shal, dan Sualalah.
Hal
ini dapat diartikan bahwa jasad manusia diciptakan Allah dari bermacam-macam
unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Adapun tahapan-tahapan dalam proses
selanjutnya, Al-Quran tidak menjelaskan secara rinci. Akan tetapi hampir
sebagian besar para ilmuwan berpendapat membantah bahwa manusia berawal dari
sebuah evolusi dari seekor binatang sejenis kera, konsep-konsep tersebut hanya
berkaitan dengan bidang studi biologi. Anggapan ini tentu sangat keliru sebab
teori ini ternyata lebih dari sekadar konsep biologi. Teori evolusi telah
menjadi pondasi sebuah filsafat yang menyesatkan sebagian besar manusia. Dalam
hal ini membuat kita para manusia kehilangan harkat dan martabat kita yang
diciptakan sebagai mahluk yang sempurna dan paling mulia.
Beberapa
Definisi Manusia :
1.
Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara semua makhluk natural dan
supranatural, manusia mempunyai jiwa bebas dan hakikat hakikat yg mulia.
2.
Manusia adalah kemauan bebas. Inilah kekuatannya yg luar biasa dan tidak dapat
dijelaskan : kemauan dalam arti bahwa kemanusiaan telah masuk ke dalam rantai
kausalitas sebagai sumber utama yg bebas – kepadanya dunia alam –world of
nature–, sejarah dan masyarakat sepenuhnya bergantung, serta terus menerus
melakukan campur tangan pada dan bertindak atas rangkaian deterministis ini.
Dua determinasi eksistensial, kebebasan dan pilihan, telah memberinya suatu
kualitas seperti Tuhan
3.
Manusia adalah makhluk yg sadar. Ini adalah kualitasnya yg paling menonjol;
Kesadaran dalam arti bahwa melalui daya refleksi yg menakjubkan, ia memahami
aktualitas dunia eksternal, menyingkap rahasia yg tersembunyi dari pengamatan,
dan mampu menganalisa masing-masing realita dan peristiwa. Ia tidak tetap
tinggal pada permukaan serba-indera dan akibat saja, tetapi mengamati apa yg
ada di luar penginderaan dan menyimpulkan penyebab dari akibat. Dengan demikian
ia melewati batas penginderaannya dan memperpanjang ikatan waktunya sampai ke
masa lampau dan masa mendatang, ke dalam waktu yg tidak dihadirinya secara
objektif. Ia mendapat pegangan yg benar, luas dan dalam atas lingkungannya
sendiri. Kesadaran adalah suatu zat yg lebih mulia daripada eksistensi.
4. Manusia
adalah makhluk yg sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satuna makhluk
hidup yg mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri ; ia mampu
mempelajari, manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.
5.
Manusia adalah makhluk kreatif. Aspek kreatif tingkah lakunya ini memisahkan
dirinya secara keseluruhan dari alam, dan menempatkannya di samping Tuhan. Hal
ini menyebabkan manusia memiliki kekuatan ajaib-semu –quasi-miracolous– yg
memberinya kemampuan untuk melewati parameter alami dari eksistensi dirinya,
memberinya perluasan dan kedalaman eksistensial yg tak terbatas, dan
menempatkannya pada suatu posisi untuk menikmati apa yg belum diberikan alam.
6.
Manusia adalah makhluk idealis, pemuja yg ideal. Dengan ini berarti ia tidak
pernah puas dengan apa yg ada, tetapi berjuang untuk mengubahnya menjadi apa yg
seharusnya. Idealisme adalah faktor utama dalam pergerakan dan evolusi manusia.
Idealisme tidak memberikan kesempatan untuk puas di dalam pagar-pagar kokoh
realita yg ada. Kekuatan inilah yg selalu memaksa manusia untuk merenung,
menemukan, menyelidiki, mewujudkan, membuat dan mencipta dalam alam jasmaniah
dan ruhaniah.
7.
Manusia adalah makhluk moral. Di sinilah timbul pertanyaan penting mengenai
nilai. Nilai terdiri dari ikatan yg ada antara manusia dan setiap gejala,
perilaku, perbuatan atau dimana suatu motif yg lebih tinggi daripada motif
manfaat timbul. Ikatan ini mungkin dapat disebut ikatan suci, karena ia
dihormati dan dipuja begitu rupa sehingga orang merasa rela untuk membaktikan
atau mengorbankan kehidupan mereka demi ikatan ini.
8.
Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya
sendiri, dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala yg bersifat
istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan, ikut campur dalam alam yg independen,
memiliki kekuatan untuk memilih dan mempunyai andil dalam menciptakan gaya
hidup melawan kehidupan alami. Kekuatan ini memberinya suatu keterlibatan dan
tanggung jawab yg tidak akan punya arti kalau tidak dinyatakan dengan mengacu pada
sistem nilai.
- Hakekat Manusia
Seseorang
pernah menanyakan apa sih sebenarnya diri mansia itu? Apa kah sebenarnya
hakekat penciptaan manusia itu? Kadang pertanyaan sepertiitu pun lazim terucap
atau bahkan terbersit di rentang pemikiran yang memang Allah karuniakan kepada
makhluk manusia. Toh setiap ujung drai pikiran itu adalah bersumber dan
akhirnya akan bermuara kembali kepada Allah SWT.
Namun
tak jarang pikiran itu mengembara melewati batas yang telahditentukan oleh
Allah SWT. Batas yang sebenarnya sangatlahjelas menjadi kabur Karena kebebasan
yang tak bertanggung jawab. Lebih tragis bila harus mengungkapkan pemikiran dan
mengumbarnya tanpa sadar bahwa wilayah wihdatul wujud terlampaui.
Teringat
sebuah kisah penyesalan Imam Alghazali diujung umurnya. Fiqh adalah salah satu
ilmu yang begitu dikuasi oleh Alghazali sejak muda, namun itu bukanlah benteng
kuat untuk menangkis masuknya pemikiran dalam jebakan penyatuan Tuhan akan diri
ini. Terjebak dalam tassawuf berlebihan Imam Alghazali akhirnya menyadari
ke’melencengannya’ dengan sungguh-sungguh bertaubat siang dan malam, namun
segala kehendak dan akibat Allahlah segala penentuNYA.
Setiap
manusia terlahir dalam keadaan fitrah,
Maka
hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan
pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui. (Ar-Ruum :30)
Yang
dimaksud fitrah Allah di sini adalah ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah
mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama
tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah
lantara pengaruh lingkungan. Satu-satunya agama Tauhid dan agama terakhir yang
diturunkan Allah kebumi ini adalah agama yang dianut oleh Muhammad dan
ummatnya. Islam adalah rahmatan lil alamin yang terakhir dan yang telah
disempurnakan.
Hakekat
manusia itu adalah tercipta sebagai Makhluk, produk dari Allah. Setiap apa yang
diciptakan oleh penciptanya haruslah tunduk dan taat kepada aturan yang
ditetapkan oleh pembuatnya. Karena manusia adalah produk Allah maka fitrah yang
harus ditaati adalah tunduk patuh dan taat terhadap setiap apa-apa yang
diperintahkan dan menghindari setiap apa yang dilarang.
Bila
kaitannya manusia sebagai makhluk maka apa yang harusnya dimiliki oleh seorang
makhluk? kelemahan yang mutlak. Manusia itu cenderung lemah,
Allah
hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat
lemah.(An-Nisaa :28)
Bila kita
mau mengakui betapa banyak sifat lemah yang disertakan Allah kepada penciptaan
makhluk yang bernama manusia ini.
Manusia
Telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. kelak akan Aku perIihatkan kepadamu
tanda-tanda azab-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan
segera. (Al-Anbiyaa :37)
Sesungguhnya
manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. (Al-Ma`aarij :19)
Apabila
ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, (Al-Ma`aarij :20)
Katakanlah:
“Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku,
niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, Karena takut membelanjakannya”. dan
adalah manusia itu sangat kikir. (Al-Israa` :100)
Dan
Sesungguhnya kami Telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran Ini
bermacam-macam perumpamaan. dan manusia adalah makhluk yang paling banyak
membantah.(Al-Kahfi :54)
Sesungguhnya
kami Telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia
itu amat zalim dan amat bodoh,(Al-Ahzab :72)
Bila
harus melihat kenyataan ini, betapa lemah manusia itu, apa lagi yang menjadikan
alasan bagi manusia untuk menentang Penciptanya diantara begitu banyak
kelemahan ini. Bahkan asal mula penciptaan manusia jugalah hanya dari segumpal
barang hina, tanah tembikar hitam legam.
Namun
bukanlah kesombongan ketika Allah memulyakan manusia dari sekian banyak makhluk
yang pernah diciptakan Allah
“Apa
yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan Aku termasuk
orang-orang yang dimuliakan”. (Yassin : 27)
Yaitu
buah-buahan. dan mereka adalah orang-orang yang dimuliakan, (As-shaffat :42)
Bukanlah
alasan pula untuk menjadi sombong takabbur karena hakekat mulya disini bukanlah
dengan sendirinya, namun berdasra pengangkatan oleh Allah sebagai makhluk
paling mulia. Tiada daya dan upaya melainkan karena pertolongan Allah, pun bila
Allah menghendaki kemuliaan itu akan sirna dengan seketika, maka kenapa dalam
setiap literature dalam Alquran kata mulia bagi manusia adalah selalu
menggunakan kata dimuliakan dan tidak pernah berdiri sendiri, lantas dengan
alasan apalagi manusia harus sombong dan takbbur? Astaghfirullah.
Bila
manusia sudah menyadari akan kemakhlukannya dan Allah menempatkan manusia dalam
sisi sebagai makhluk yang lemah dan di lain sisi sebagai makhluk yang
dimulyakan kemudian Allah memberikan beban kepadanya(Mukallaf). Manusia
diberikan beban yang salah satunya mendapat keringan oleh Allah dalam peristiwa
isro` mi`raj melalui nabiNYA. Mencerminkan bahwa ibadah adalah beban yang harus
ditanggungkan kepada manusia.
Bermula
dari beban maka tolok ukur ibadah akan berkembang tergantung manusia
menyikapinya sebagai kewajiban ataukah sebagai kebutuhan. Manusia yang terpatok
menganggap ibadah sebagai beban kewajiban maka akan terlihat betapa kering
setiap pemaknaan akan tindakannya. Namun lihatlah cahaya yang memancar dari
manusia yang menganggap beban ini sebagai kebutuhan? Kebutuhan yang begitu besarnya
akan kemakhlukan dan kelemahannya. Karena apa yang kita kerjakan sekarang
adalah pilihan kita kelak. Pilihan yang seadil-adilnya dari yang Maha Adil.
Dan
yang terakhir dalam kaitan hakekat manusia adalah 2 atsar yang menerangkan
kesanggupan, kedemokratisan, dan keluasan Allah sebagai penguasa sekalian alam
termasuk manusia didalamnya. Bahwa manusia diberi kebebasan (Mukhoyyar),
kebebsan memilih, kedemokratisan berpikir dan bertindak. Allah tidak akan
melarang manusia untuk keluar dari agama NabiNYA, Allah juga menyediakan tempat
seluas-luasnya bagi para pembangkang, tak dikurangi rezekinya didunia bagi para
pengkhianat. Dan Allah juga tidak memaksakan manusia untuk mempercayaiNYA.
Kebebasan itu namun terikat erat dengan Al-Mujazzi, yaitu konsekuensi atau
balasan.
Almujazzi
atau konsekuensi dari tindakan dan balasan ini sangatlah adil bahkan Allah
berfirman,
(Luqman
berkata): “Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji
sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah
akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
Mengetahui. (Luqman :16)
yang
dimaksud dengan Allah Maha Halus ialah ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu
bagaimana kecilnya. Dalam persidangan Allah tiada sedikit pun yang terlewat
keadilan yang merata dan tak berpihak. Bila kebaikan maka kenikmatan yang
didapat bila kedzoliman maka keburukan yang akan diderita.
Hakekat
manusia yang begitu lengkap semua tertuang dalam Alquranul karim, tergantung
bagaimana manusia menghayati dan mengambil tindakan berikutnya, kebebasan yang
diberikan Allah tentunya kebebsan yang bertanggung jawab, baik itu berpikir
ataupun bertindak. Kebebasan yang sebebas bebasnya adalah sebuah pelanggaran
serius bagi hakekat manusia. Bila hakekat manusia ini diidentikkan dengan HAM
(Hak Asasi Manusia) inilah HAM dari yang Maha Adil. Tiada celah dan cacat
didalamnya.
Produk
pendamping dan manual terpercaya dari Allah azza wa jalla. Hak asasi yang
ditetapkan mencakup segala sesuatu kebutuhan dan pertanyaan manusia.
- Kepribadian Bangsa Timur
Manusia
merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri. Manusia membutuhkan
manusia lainnya untuk dapat berinteraksi dan bertahan hidup. Hal tersebut benar
– benar dianut oleh masyarakat pada bangsa timur terutama Indonesia. Rasa
kebersamaan yang kuat bisa dibilang sebagai kepribadian bangsa.
Segala
sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan
yang dimiliki masyarakat itu. Di Indonesia banyak sekali kebudayaan dan kepribadianyang
ada, karena seperti yang kita tahu bahwa Indonesia memiliki banyak sekali suku
sehingga dengan sudah sangat pasti kebudayaannya pun berbeda.
Sistem
ideologi yang ada biasanya meliputi etika, norma, adat istiadat, peraturan
hukum yang berfungsi sebagai pengarahan dan pengikat perilaku manusia atau
masyarakat agar sesuai dengan kepribadian bangsa yang sopan, santun, ramah, dan
tidak melakukan hal – hal yang dapat mencoreng kepribadian bangsa.
Sistem
sosial meliputi hubungan dan kegiatan sosial di dalam masyarakat. Sistem
teknologi meliputi segala perhatian serta penggunaanya, sesuai dengan nilai
budaya yang berlaku. Pada saat unsur-unsur masing-masing kebudayaan saling
menyusup. Proses migrasi besar-besaran, dahulu kala, mempermudah berlangsungnya
akulturasi tersebut.
Pada
dasarnya masyarakat daerah timur dengan contoh Indonesia, sangat terbuka dan
toleran terhadap bangsa lain, tetapi selama masih sesuai dengan norma, etika
serta adat istiadat yang ada di Indonesia.
Pada
umumnya unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah unsur
kebudayaan kebendaan seperti peralatan yang terutama sangat mudah dipakai dan
dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya. Contohnya :
Handphone, komputer, dan lain – lain.
Namun
ada pula unsur-unsur kebudayaan asing yang sulit diterima adalah misalnya :
1.
Unsur-unsur yang menyangkut sistem kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup
dan lain-lain.
2.
Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi. Contoh yang
paling mudah adalah soal makanan pokok suatu masyarakat.
3.
Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai individu-individu yang cepat
menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi.
Sebaliknya generasi tua, dianggap sebagai orang-orang kolot yang sukar menerima
unsur baru.
4.
Suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi, selalu ada kelompok-kelompok
individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang terjadi.
Berbagai
faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu unsur kebudayaan baru
diantaranya :
1.
Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan
dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
2.
Jika pandangan hidup dan nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan
oleh nilai-nilai agama.
3.
Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan
kebudayaan baru. Misalnya sistem otoriter akan sukar menerima unsur kebudayaan
baru.
4.
Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur
kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru
tersebut.
5.
Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas.
- Pemgertian Kebudayaan
DEFINISI
Budaya
adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari
banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga
budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia sehingga banyak
orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya,
membuktikan bahwa budaya itu dipelajari.
Budaya
adalah suatu pola hidup menyeluruh. budaya bersifat kompleks, abstrak, dan
luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur
sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.
Beberapa
alasan mengapa orang mengalami kesulitan ketika berkomunikasi dengan orang dari
budaya lain terlihat dalam definisi budaya: Budaya adalah suatu perangkat rumit
nilai-nilai yang dipolarisasikan oleh suatu citra yang mengandung pandangan
atas keistimewaannya sendiri. ”Citra yang memaksa” itu mengambil bentuk-bentuk
berbeda dalam berbagai budaya seperti “individualisme kasar” di Amerika,
“keselarasan individu dengan alam” di Jepang dan “kepatuhan kolektif” di Cina.
Citra budaya yang bersifat memaksa tersebut membekali anggota-anggotanya dengan
pedoman mengenai perilaku yang layak dan menetapkan dunia makna dan nilai logis
yang dapat dipinjam anggota-anggotanya yang paling bersahaja untuk memperoleh
rasa bermartabat dan pertalian dengan hidup mereka.
Dengan
demikian, budayalah yang menyediakan suatu kerangka yang koheren untuk
mengorganisasikan aktivitas seseorang dan memungkinkannya meramalkan perilaku
orang lain.
PENGERTIAN
Kebudayaan
sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw
Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah
untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits
memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke
generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas
Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial,
ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan
lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang
menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Menurut
Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di
dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.
Menurut
Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya,
rasa, dan cipta masyarakat.
Dari
berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan
adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem
ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan
adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan
lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan
kehidupan bermasyarakat.
- Unsur-Unsur Kebudayaan
Koentjaratingrat
(1986) menjelaskan bahwa kebudayaan mempunyai tujuh unsure, diantaranya adalah
: (1) bahasa; (2) sistem pergaulan; (3) organisasi sosial; (4) sistem peralatan
hidup ; (5) sistem mata pencaharian hidup; (6) sistem religi; (7) kesenian.
Komponen-komponen
atau unsur-unsur utama dari kebudayaan masyarakat antara lain:
1.
Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)
Teknologi
menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai serta memelihara segala
peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam dalam cara-cara manusia
mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekpresikan rasa keindahan
atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.
2.
Sistem mata pencaharian hidup
Perhatian
para ilmuwan pada sistem mata pencaharian hidup terfokus pada masalah-masalah
mata pencaharian tradisional saja, diantaranya : (1) berburu dan meramu, (2)
berternak, (3) bercocok tanam, (4) menangkap ikan.
3.
Sistem kekerabatan dan organisasi sosial
Sistem
kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Sisem
kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur
sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial
yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan
perkawinan.
4.
Bahasa
Bahasa
alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi
atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, atau gerakan (bahasa isyarat),
dengan tujuan menyampaikan maksud hati, kehendak, atau kemamuan kepada lawan
bicaranya atau orang lain.
5.
Kesenian
Kesenian
mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat
manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata, ataupun telinga. Sebagai
mahluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak
kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks.
6.
Sistem kepercayaan
Ada
kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai
dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan muncul
keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga
mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya ini. Sehubungan
dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat , manusia tidak
dapat dipisahkan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam
semesta.
7.
Sistem Ilmu dan Pengetahuan
Pengetahuan
adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan
harapan-harapan. Pengetahuan yang dimilki oleh semua suku bangsa di dunia.
Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengetahuan, intuisi, wahyu, dan berpikir
menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and
error).
- Wujud Kebudayaan
Wujud
kebudayaan dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu:
Wujud gagasan
Budaya
dalam wujud gagasan/ide ini bersifat abstrak dan tempatnya ada dalam alam
pikiran tiap warga pendukung budaya yang bersangkutan sehingga tidak dapat
diraba atau difoto.
Sistem
gagasan yang telah dipelajari oleh setiap warga pendukung budaya sejak dini
sangat menentukan sifat dan cara berpikir serta tingkah laku warga pendukung
budaya tersebut. Gagasan-gagasan inilah yang akhirnya menghasilkan berbagai
hasil karya manusia berdasarkan sistem nilai, cara berfikir dan pola tingkah
laku. Wujud budaya dalam bentuk sistem gagasan ini biasa juga disebut sistem
nilai budaya.Wujud perilaku (aktivitas)
Budaya
dalam wujud perilaku berpola menurut ide/gagasan yang ada. Wujud perilaku ini
bersifat konkrit dapat dilihat dan didokumentasikan (difoto dan difilm).
Contoh: Petani sedang bekerja di sawah, orang sedang menari dengan lemah
gemulai, orang sedang berbicara dan lain-lain. Masing-masing aktivitas tersebut
berada dalam satu sistem tindakan dan tingkah laku.
Wujud benda hasil budaya
Semua
benda hasil karya manusia tersebut bersifat konkrit, dapat diraba dan difoto.
Kebudayaan dalam wujud konkrit ini disebut kebudayaan fisik. Contoh:
bangunan-bangunan megah seperti piramida, tembok cina, menhir, alat rumah
tangga seperti kapak perunggu, gerabah dan lain-lain. Dalam kenyataan
sehari-hari ketiga wujud tersebut yaitu gagasan, perilaku dan benda hasil
budaya tidak terpisahkan dan saling mempengaruhi. Contoh: salah satu unsur
kebudayaan adalah sistem religi maka wujud budaya sistem religi adalah sebagai
berikut:
1).gagasan
2).perilaku:
konsep tentang dewa-dewa, roh.upacara keagamaan yang dilakukan oleh salah satu
bangsa dengan konsep kepercayaan tersebut
3).benda
hasil budaya : dapat ditemukan contohnya pada masyarakat prasejarah di
Indonesia berupa menhir, patung perwujudan nenek moyang.
- Orientasi Nilai Budaya
Kebudayaan
adalah keseluruhan pengetahuan yang dimiliki secara bersama oleh warga suatu
masyarakat. Pengetahuan yang telah diakui sebagai kebenaran sehingga fungsional
sebagai pedoman. keseluruhannya digunakan secara selektif dan kontekstual
sesuai dengan kebutuhan atau persoalan yang dihadapi. penggunaan pengetahuan
oleh orang perorangan atau kelompok orang tau masyarakat, menggambarkan bahwa
sejatinya pengetahuan dimaksud telah dipahami, diserap dan diyakini berkat
adanya suatu proses pendidikan panjang (dari kecil sampai dewasa) dalam bentuk
internalisasi dan sosialisasi.
Terdapat banyak nilai kehidupan yang
ditanamkan oleh setiap budaya yang ada di dunia. Nilai kebudayaan pasti
berbeda-beda pada dasarnya tetapi kesekian banyak kebudayaan di dunia ini
memiliki orientasi-orientasi yang hampir sejalan terhadap yang lainnya. Jika
dilihat dari lima masalah dasar dalam hidup manusia, orientasi-orientasi nilai
budaya hampir serupa.
Lima Masalah Dasar Dalam Hidup yang
Menentukan Orientasi Nilai Budaya Manusia ( kerangka Kluckhohn ) :
·
Hakekat
Hidup
a.
Hidup itu buruk
b.
Hidup itu baik
c.
Hidup bisa buruk dan baik, tetapi manusia
tetap harus bisa berikthtiar agar hidup bisa menjadi baik.
d.
Hidup adalah pasrah kepada nasib yang telah
ditentukan.
·
Hakekat
Karya
a.
Karya itu untuk menafkahi hidup
b.
Karya itu untuk kehormatan.
·
Persepsi
Manusia Tentang Waktu
a.
Berorientasi hanya kepada masa kini. Apa yang
dilakukannya hanya untuk hari ini dan esok. Tetapi orientasi ini bagus karena
seseorang yang berorientasi kepada masa kini pasti akan bekerja semaksimal
mungkin untuk hari-harinya.
b.
Orientasi masa lalu. Masa lalu memang bagus
untuk diorientasikan untuk menjadi sebuah evolusi diri mengenai apa yang
sepatutnya dilakukan dan yang tidak dilakukan.
c.
Orientasi masa depan. Manusia yang futuristik
pasti lebih maju dibandingkan dengan lainnya, pikirannya terbentang jauh
kedepan dan mempunyai pemikiran nyang lebih matang mengenai langkah-langkah
yang harus di lakukann nya.
·
Pandangan
Terhadap Alam
a.
Manusia tunduk kepada alam yang dashyat.
b.
Manusia berusaha menjaga keselarasan dengan
alam.
c.
Manusia berusaha menguasai alam.
·
Hubungan
Manusia Dengan Manusia
a.
Orientasi kolateral (horizontal), rasa
ketergantungan kepada sesamanya, barjiwa gotong royong.
b.
Orientasi vertikal, rasa ketergantungan
kepada tokoh-tokoh yang mempunyai otoriter untuk memerintah dan memimpin.
c.
Individualisme, menilai tinggi uaha atas
kekuatan sendiri.
- Perubahan Kebudayaan
Pengertian
perubahan kebudayaan adalah suatu keadaan dalam masyarakat yang terjadi karena
ketidak sesuaian diantara unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga
tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi kehidupan.
Contoh
:
Masuknya
mekanisme pertanian mengakibatkan hilangnya beberapa jenis teknik pertanian
tradisional seperti teknik menumbuk padi dilesung diganti oleh teknik “Huller”
di pabrik penggilingan padi. Peranan buruh tani sebagai penumbuk padi jadi
kehilangan pekerjaan.
Semua
terjadi karena adanya salah satu atau beberapa unsur budaya yang tidak berfungsi
lagi, sehingga menimbulkan gangguan keseimbangan didalam masyarakat. Perubahan
dalam kebudayaan mencakup semua bagian yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan,
teknologi dan filsafat bahkan perubahan dalam bentuk juga aturan-aturan
organisasi social. Perubahan kebudayaan akan berjalan terus-menerus tergantung
dari dinamika masyarakatnya.
Ada
faktor-faktor yang mendorong dan menghambat perubahan kebudayaan yaitu:
a.
Mendorong perubahan kebudayaan
Adanya
unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi mudah berubah, terutama
unsur-unsur teknologi dan ekonomi ( kebudayaan material).
Adanya
individu-individu yang mudah menerima unsure-unsur perubahan kebudayaan,
terutama generasi muda.
Adanya
faktor adaptasi dengan lingkungan alam yang mudah berubah.
b.
Menghambat perubahan kebudayaan
Adanya
unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi sukar berubah
seperti
:adat istiadat dan keyakinan agama ( kebudayaan non material)
Adanya
individu-individu yang sukar menerima unsure-unsur perubahan terutama generasi
tu yang kolot.
Ada
juga faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kebudayaan :
1.
Faktor intern
•
Perubahan Demografis
Perubahan
demografis disuatu daerah biasanya cenderung terus bertambah, akan
mengakibatkan terjadinya perubahan diberbagai sektor kehidupan, c/o: bidang
perekonomian, pertambahan penduduk akan mempengaruhi persedian kebutuhan
pangan, sandang, dan papan.
•
Konflik social
Konflik
social dapat mempengaruhi terjadinya perubahan kebudayaan dalam suatu
masyarakat. c/o: konflik kepentingan antara kaum pendatang dengan penduduk
setempat didaerah transmigrasi, untuk mengatasinya pemerintah mengikutsertakan
penduduk setempat dalam program pembangunan bersama-sama para transmigran.
•
Bencana alam
Bencana
alam yang menimpa masyarakat dapat mempngaruhi perubahan c/o; bencana banjir,
longsor, letusan gunung berapi masyarkat akan dievakuasi dan dipindahkan
ketempat yang baru, disanalah mereka harus beradaptasi dengan kondisi
lingkungan dan budaya setempat sehingga terjadi proses asimilasi maupun
akulturasi.
•
Perubahan lingkungan alam
Perubahan
lingkungan ada beberapa faktor misalnya pendangkalan muara sungai yang
membentuk delta, rusaknya hutan karena erosi atau perubahan iklim sehingga
membentuk tegalan. Perubahan demikian dapat mengubah kebudayaan hal ini
disebabkan karena kebudayaan mempunyai daya adaptasi dengan lingkungan
setempat.
2.
Faktor ekstern
•
Perdagangan
Indonesia
terletak pada jalur perdagangan Asia Timur denga India, Timur Tengah bahkan
Eropa Barat. Itulah sebabnya Indonesia sebagai persinggahan pedagang-pedagang
besar selain berdagang mereka juga memperkenalkan budaya mereka pada masyarakat
setempat sehingga terjadilah perubahan budaya dengan percampuran budaya yang
ada.
•
Penyebaran agama
Masuknya
unsur-unsur agama Hindhu dari India atau budaya Arab bersamaan proses
penyebaran agama Hindhu dan Islam ke Indonesia demikian pula masuknya
unsur-unsur budaya barat melalui proses penyebaran agama Kristen dan
kolonialisme.
•
Peperangan
Kedatangan
bangsa Barat ke Indonesia umumnya menimbulkan perlawanan keras dalam bentuk
peperangan, dalam suasana tersebut ikut masuk pula unsure-unsur budaya bangsa
asing ke Indonesia.
- Kaitan Manusia dan Kebudayaan
- Hubungan manusia dan kebudayaan
Manusia
dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat berkaitan satu sama lain.
Manusia di alam dunia inimemegang peranan yang unik, dan dapat dipandang dari
berbagai segi. Dalam ilmu sosial manusia merupakan makhluk yang ingin
memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan sering
disebut homo economicus (ilmu ekonomi). Manusia merupakan makhluk sosial yang
tidak dapat berdiri sendiri (sosialofi), Makhluk yang selalu ingin mempunyai
kekuasaan (politik), makhluk yan g berbudaya dan lain sebagainya.
- Contoh hubungan manusia dan kebudayaan
Secara
sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah : manusia sebagai
perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia.
Tetapi apakah sesederhana itu hubungan keduanya ?
Dalani sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai
sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya
merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, clan setclah
kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai
dcngannya. Tampak baliwa keduanya akhimya merupakan satu kesatuan. Contoh
sederhana yang dapat kita lihat adalah
hubungan antara manusia dengan peraturan - peraturan
kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan
itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya
hams patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena
kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup
dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang
membuatnya.Apabila manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia,
dia akan menjadi terasing atau tealinasi (Berger, dalam terjemahan
M.Sastrapratedja, 1991; hal : xv)
Manusia
dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat, oleh karena itu mempunyai hubungan
keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak
dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul manusia atau kebudayaan.
Analisa terhadap keberadaan keduanya hams menyertakan pembatasan masalah dan
waktu agar penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.
- Pengertian Dialektis
Dialektika
disini berasal dari dialog komunikasi sehari-hari. Ada pendapat dilontarkan ke
hadapan publik. Kemudian muncul tentangan terhadap pendapat tersebut. Kedua
posisi yang saling bertentangan ini didamaikan dengan sebuah pendapat yang
lebih lengkap. Dari fenomen dialog ini dapat dilihat tiga tahap yakni tesis,
antitesis dan sintesis. Tesis disini dimaksudkan sebagai pendapat awal
tersebut. Antitesis yakni lawan atau oposisinya. Sedangkan Sintesis merupakan
pendamaian dari keduanya baik tesis dan antitesis. Dalam sintesis ini terjadi
peniadaan dan pembatalan baik itu tesis dan antitesis. Keduanya menjadi tidak
berlaku lagi. Dapat dikatakan pula, kedua hal tersebut disimpan dan diangkat ke
taraf yang lebih tinggi. Tentunya kebenaran baik dalam tesis dan antitesis
masih dipertahankan. Dalam kacamata Hegel, proses ini disebut sebagai
aufgehoben.
Bentuk
triadik dari dialektika Hegel yakni tesis-antitesis-sintesis berangkat dari
pemikir-pemikir sebelum Hegel. Antinomi Kantian akan numena dan fenomena
menimbulkan oposisi yang tidak terselesaikan[1]. Kemudian Fichte dengan metode
”Teori Pengetahuan”-nya tetap memunculkan pertentangan walaupun sudah melampaui
sedikit apa yang dijabarkan oleh Kant.
Dialektika
sendiri sudah dikenal dalam pemikiran Fichte. Bagi Fichte, seluruh isi dunia
adalah sama dengan isi kesadaran. Seluruh dunia itu diturunkan dari suatu asas
yang tertinggi dengan cara sebagai berikut: ”Aku” meng-ia-kan dirinya (tesis),
yang mengakibatkan adanya ”non-Aku” yang menghadapi ”Aku”. ”non Aku” inilah
antitesis. Kemudian sintesisnya adalah keduanya tidak lagi saling mengucilkan,
artinya: kebenaran keduanya itu dibatasi, atau berlakunya keduanya itu
dibatasi. ”Aku” menempatkan ”non-Aku yang dapat dibagi-bagi” berhadapan dengan
”Aku yang dapat dibagi-bagi”.
Dalam
sistem filsafatnya, Hegel menyempurnakan Fichte. Hegel memperdalam pengertian
sintesis. Di dalam sintesis baik tesis
maupun antitesis bukan dibatasi (seperti pandangan Fichte), melainkan
aufgehoben. Kata Jerman ini mengandung tiga arti, yaitu: a) mengesampingkan, b)
merawat, menyimpan, jadi tidak ditiadakan, melainkan dirawat dalam suatu
kesatuan yang lebih tinggi dan dipelihara, c) ditempatkan pada dataran yang
lebih tinggi, dimana keduanya (tesis dan antitesis) tidak lagi berfungsi
sebagai lawan yang saling mengucilkan. Tesis mengandung di dalam dirinya unsur
positif dan negatif. Hanya saja di dalam tesis unsur positif ini lebih besar.
Sebaliknya, antitesis memiliki unsur negatif yang lebih besar. Dalam
sintesislah kedua unsur yang dimiliki tesis dan antitesis disatukan menjadi
sebuah kesatuan yang lebih tinggi.
Dialektika
juga dimaksudkan sebagai cara berpikir untuk memperoleh penyatuan (sintesis)
dari dua hal yang saling bertentangan (tesis versus antitesis). Dengan term
aufgehoben, konsep ”ada” (tesis) dan konsep ”tidak ada” (antitesis) mendapatkan
bentuk penyatuannya dalam konsep ”menjadi” (sintesis)[2]. Di dalam konsep
”menjadi”, terdapat konsep ”ada” dan ”tidak ada” sehingga konsep ”ada” atau
”tidak ada” dinyatakan batal atau ditiadakan.
Dialektika
menjadi sebuah perkembangan Yang Absolut untuk bertemu dengan dirinya sendiri.
Ide yang Absolut merupakan hasil perkembangan. Konsep-konsep dan ide-ide
bukanlah bayangan yang kaku melainkan mengalir. Metode dialektika menjadi
sebuah gerak untuk menciptakan kebaruan dan perlawanan. Dengan tiga tahap yakni
tesis, antitesis dan sintesis setiap ide-ide, konsep-konsep (tesis) berubah
menjadi lawannya (antitesis). Pertentangan ini ”diangkat” dalam satu tingkat
yang lebih tinggi dan menghasilkan sintesis. Hal baru ini (sintesis) kemudian
menjadi tesis yang menimbulkan antitesis lagi lalu sintesis lagi. Proses gerak
yang dinamis ini sampai akhirnya melahirkan suatu universalitas dari
gejala-gejala. Itulah Yang Absolut yang disebut Roh dalam filsafat Hegel.
Bagi
Hegel, unsur pertentangan (antitesis) tidak muncul setelah kita
merefleksikannya tetapi pertentangan tersebut sudah ada dalam perkara itu
sendiri. Tiap tesis sudah memuat antitesis di dalamnya. Antitesis terdapat di
dalam tesis itu sendiri karena keduanya merupakan ide yang berhubungan dengan
hal yang lebih tinggi. Keduanya diangkat dan ditiadakan (aufgehoben) dalam sintesis.
Kenyataan
menjadi dua unsur bertentangan namun
muncul serentak. Hal ini tidak dapat diterima oleh Verstandyang bekerja
berdasakan skema-skema yang ada dalam menangani hal-hal yang khusus.
Vernunft-lah yang dapat memahami hal ini. Vernunft melihat realitas dalam
totalitasnya dan sanggup membuat sintesis dari hal-hal yang bertentangan.
Identifikasi sebagai realitas total menjadi cara kerja Vernunft yang mengikuti
prinsip dialektika.
Secara
umum dapat kita lihat bahwa dialektika Hegel memiliki tiga aspek yang perlu
diperhatikan[3]. Pertama, sistem dialektika ini berbentuk tripleks atau
triadik. Kedua, dialektika ini bersifat ontologis sebagai sebuah konsep.
Aplikasinya adalah terhadap benda dan benduk dari ada dan tidak sebatas pada
konsep. Ketiga, dialektika Hegel memiliki tujuan akhir (telos) di dalam konsep
abstrak yang disebut Hegel sebagai Idea atau Idea Absolut dan konkretnya pada
Roh Absolut atau Roh (Spirit, Geist).
Terdapat
tiga elemen esensial akan dialektika Hegel[4]. Pertama, berpikir itu memikirkan
dalam dirinya untuk dan oleh dirinya sendiri. Kedua, dialektika merupakan hasil
berpikir terus menerus akan kontradiksi. Ketiga, kesatuan kepastian akan
kontradiksi tersublimasi di dalam kesatuan. Itulah kodrat akan dirinya
dialektika itu sendiri.
- 3 tahap proses dialektis
Proses dialektis ini tercipta melalui tiga tahap yaitu :
1. Ekstemalisasi, yaitu proses dimana
manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Melalui
ekstemalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia
2. Obyektivasi, yaitu proses dimana
masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari
manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian masyarakat dengan segala
pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk perilaku manusia.
3. Intemalisasi, yaitu proses dimana
masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari
kembali masyarakamya sendiri agar dia dapat hidup dengan .baik, sehingga
manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar